Teori Interaksionisme Simbolik
Teori ini menyatakan bahwa masyarakat dibuat menjadi 'nyata' oleh interaksi antar individu yang hidup dan bekerja untuk membuat dunia sosial mereka bermakna. Teori ini menekankan hubungan yang kuat antara simbol dengan interaksi. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa individu merupakan partisipan aktif dan replektif terhadap dunia sosialnya.
Individu tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa baik yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau pun diri sendiri. Bahasa memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sosial.
Asumsi Teori Interaksi Simbolik
•Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
•Pentingnya konsep mengenai diri.
•Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Teori ini berpegang kuat pada prinsip bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun. Dibutuhkan pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan terhadap makna yang diberikan. Hal ini sangat penting, karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit.
Terdapat tiga asumsi akan makna, yaitu manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, dan makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
Pentingnya Konsep Diri
Pernyataan tentang konsep diri merupakan hal yang penting untuk Interaksionisme Simbolik. Interaksi dengan orang lain akan lebih mudah jika mengembangkan konsep diri yang ada. Individu yang aktif didasarkan pada interaksi sosialnya dengan orang lain.
Terdapat dua asumsi dari pentingnya konsep diri, yaitu individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku.
Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Asumsi yang terdapat dalam hubungan antara individu dan masyarakat, antara lain orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial dan struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Contoh Kasus Teori Interaksi Simbolik
Bagas adalah seorang pegawai baru di suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang advertising, dimana dia ditempatkan dibagian marketing atau pemasaran. Bagas adalah seorang pegawai dengan latar belakang D1, namun ia mampu dan berhasil masuk ke perusahaan tersebut dengan latar belakang pengalaman dan kemampuannya yang ia telah lampirkan di CV saat ia melamar pekerjaan.
Pada hari pertama ia bekerja, Bagas mengalami kekhawatiran yang mendalam. Apalagi saat ia dikenalkan dengan pegawai lainnya yang akan menjadi rekan kerjanya selama ia bekerja di perusahaan tersebut. Ia menjadi sedikit rendah diri karena perkenalan singkat tersebut. Akan tetapi, setiap kali ia merasa rendah diri, Bagas akan selalu mengingat adik-adiknya. Ia hanya tinggal dengan 3 orang adik-adiknya yang masih menempuh pendidikan di berbagai jenjang. Memikirkan adik-adiknya membuat ia selalu merasa kuat. Ia berjuang untuk membiayai adik-adiknya mengenyam pendidikan yang baik, sehingga mereka menjadi orang-orang sukses di masa depan dan dapat membanggakan orang tua mereka yang dulunya juga merupakan pekerja keras yang mecintai pekerjaannya. Bagas selalu menanamkan hal tersebut di dalam dirinya.
Pada saat akan memulai pekerjaan, Bagas dibimbing oleh rekan kerjanya yang usianya tidak jauh berbeda dengannya. Rekan kerjanya memberikan banyak informasi mengenai hal-hal penting yang diperlukan saat mereka bekerja. Setelah selesai, rekan kerjanya mulai membuka pembicaraan dengan topik yang lebih santai dan rileks. Rekan kerjanya ternyata memiliki latar belakang S1. Ia bercerita bahwa awalnya ia juga merupakan karyawan tamatan D1, akan tetapi ia bekerja sambil kuliah untuk mengambil S1. Rekan kerjanya tersebut juga merupakan anak tertua di keluarganya, yang meskipun kedua orang tuanya masih ada, namun ia lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mendengar hal itu membuat Bagas menjadi lebih rileks dan siap dengan tantangan pekerjaan di depannya. Ia merasa lebih kuat dan lebih percaya diri dengan mengetahui bahwa ia memiliki rekan kerja dengan latar belakang yang sama dengannya. Dengan demikian, kekhawatiran yang ia miliki telah berkurang dan ia siap untuk bekerja.
Analisa Kasus
Dari contoh kasus di atas dapat dilihat bahwa Bagas melakukan interaksi simbolik, dimana ia memaknai suatu simbol yang ada dalam dirinya saat akan mulai bekerja. Ia pada awalnya merasa rendah diri, namun ia selalu mengingat adik-adiknya dan orang tuanya yang dulunya juga merupakan pekerja yang mencintai pekerjaan mereka. Dan juga, dengan adanya kehadiran rekan kerja Bagas yang memiliki latar belakang yang sama dengannya, memunculkan pemaknaan simbolik yang ada dalam diri Bagas, yaitu bekerja keras dan mencintai pekerjaannya. Saat itulah, ia merasa lebih kuat dan percaya diri, dan siap untuk menerima tantangan pekerjaannya.
Sumber :
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Teori ini menyatakan bahwa masyarakat dibuat menjadi 'nyata' oleh interaksi antar individu yang hidup dan bekerja untuk membuat dunia sosial mereka bermakna. Teori ini menekankan hubungan yang kuat antara simbol dengan interaksi. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa individu merupakan partisipan aktif dan replektif terhadap dunia sosialnya.
Individu tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa baik yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau pun diri sendiri. Bahasa memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sosial.
Asumsi Teori Interaksi Simbolik
•Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
•Pentingnya konsep mengenai diri.
•Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Teori ini berpegang kuat pada prinsip bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun. Dibutuhkan pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan terhadap makna yang diberikan. Hal ini sangat penting, karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit.
Terdapat tiga asumsi akan makna, yaitu manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, dan makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
Pentingnya Konsep Diri
Pernyataan tentang konsep diri merupakan hal yang penting untuk Interaksionisme Simbolik. Interaksi dengan orang lain akan lebih mudah jika mengembangkan konsep diri yang ada. Individu yang aktif didasarkan pada interaksi sosialnya dengan orang lain.
Terdapat dua asumsi dari pentingnya konsep diri, yaitu individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku.
Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Asumsi yang terdapat dalam hubungan antara individu dan masyarakat, antara lain orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial dan struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Contoh Kasus Teori Interaksi Simbolik
Bagas adalah seorang pegawai baru di suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang advertising, dimana dia ditempatkan dibagian marketing atau pemasaran. Bagas adalah seorang pegawai dengan latar belakang D1, namun ia mampu dan berhasil masuk ke perusahaan tersebut dengan latar belakang pengalaman dan kemampuannya yang ia telah lampirkan di CV saat ia melamar pekerjaan.
Pada hari pertama ia bekerja, Bagas mengalami kekhawatiran yang mendalam. Apalagi saat ia dikenalkan dengan pegawai lainnya yang akan menjadi rekan kerjanya selama ia bekerja di perusahaan tersebut. Ia menjadi sedikit rendah diri karena perkenalan singkat tersebut. Akan tetapi, setiap kali ia merasa rendah diri, Bagas akan selalu mengingat adik-adiknya. Ia hanya tinggal dengan 3 orang adik-adiknya yang masih menempuh pendidikan di berbagai jenjang. Memikirkan adik-adiknya membuat ia selalu merasa kuat. Ia berjuang untuk membiayai adik-adiknya mengenyam pendidikan yang baik, sehingga mereka menjadi orang-orang sukses di masa depan dan dapat membanggakan orang tua mereka yang dulunya juga merupakan pekerja keras yang mecintai pekerjaannya. Bagas selalu menanamkan hal tersebut di dalam dirinya.
Pada saat akan memulai pekerjaan, Bagas dibimbing oleh rekan kerjanya yang usianya tidak jauh berbeda dengannya. Rekan kerjanya memberikan banyak informasi mengenai hal-hal penting yang diperlukan saat mereka bekerja. Setelah selesai, rekan kerjanya mulai membuka pembicaraan dengan topik yang lebih santai dan rileks. Rekan kerjanya ternyata memiliki latar belakang S1. Ia bercerita bahwa awalnya ia juga merupakan karyawan tamatan D1, akan tetapi ia bekerja sambil kuliah untuk mengambil S1. Rekan kerjanya tersebut juga merupakan anak tertua di keluarganya, yang meskipun kedua orang tuanya masih ada, namun ia lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mendengar hal itu membuat Bagas menjadi lebih rileks dan siap dengan tantangan pekerjaan di depannya. Ia merasa lebih kuat dan lebih percaya diri dengan mengetahui bahwa ia memiliki rekan kerja dengan latar belakang yang sama dengannya. Dengan demikian, kekhawatiran yang ia miliki telah berkurang dan ia siap untuk bekerja.
Analisa Kasus
Dari contoh kasus di atas dapat dilihat bahwa Bagas melakukan interaksi simbolik, dimana ia memaknai suatu simbol yang ada dalam dirinya saat akan mulai bekerja. Ia pada awalnya merasa rendah diri, namun ia selalu mengingat adik-adiknya dan orang tuanya yang dulunya juga merupakan pekerja yang mencintai pekerjaan mereka. Dan juga, dengan adanya kehadiran rekan kerja Bagas yang memiliki latar belakang yang sama dengannya, memunculkan pemaknaan simbolik yang ada dalam diri Bagas, yaitu bekerja keras dan mencintai pekerjaannya. Saat itulah, ia merasa lebih kuat dan percaya diri, dan siap untuk menerima tantangan pekerjaannya.
Sumber :
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Labels:
Analisis Kasus Teori Teori Interaksionisme Simbolik,
Pendidikan,
Teori Interaksionisme Simbolik,
Teori Interaksionisme Simbolik dan Contoh Kasus,
Teori-Teori Komunikasi Yang Berkaitan Dengan Diri
Thanks for reading Teori Interaksionisme Simbolik dan Contoh Kasus. Please share...!