Teori Pelanggaran Harapan dan Contoh Kasus

Teori Pelanggaran Harapan
Teori ini menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain yang melakukan hubungan interpersonal dengan dirinya. Burgoon memberikan argumen bahwa perubahan tak terduga yang terjadi dalam perbincangan antara komunikator dengan komunikan dapat menimbulkan suatu perasaan yang tidak nyaman atau bahkan rasa marah dan seringkali ambigu. Dalam hal ini harapan yang dimaksud mengarah pada prediksi atau dugaan.
Tim Levine dan koleganya (2000) menyatakan, bahwa harapan yang dimiliki oleh komunikan dapat berasal dari norma-norma sosial, stereotip, rumor, dan sifat idiosinkratik dari komunikator.
Di dalam Teori Pelanggaran Harapan penyimpangan harapan memiliki konsekuensi. Penyimpangan atau pelanggaran bisa disebut sebagai 'nilai rangsangan'. Maksudnya adalah ketika harapan seseorang dilanggar, minat atau perhatian orang tersebut akan dirangsang, Hal ini akan mengakibatkan orang tersebut menggunakan mekanisme tertentu untuk menghadapi pelanggaran yang terjadi. Ketika rangsangan terjadi, maka minat atau perhatian seseorang terhadap penyimpangan akan meningkat dan perhatian terhadap pesan akan berkurang sementara perhatian pada sumber rangsangan akan lebih dominan.

Jenis rangsangan terhadap seseorang, antara lain:
Rangsangan Kognitif   
Rangsangan Kognitif merupakan kesiagaan atau orientasi terhadap pelanggaran. Ketika seseorang terangsang secara kognitif, maka indera intuitif orang tersebut akan meningkat.
Rangsangan Fisik   
Rangsangan Fisik mencakup perilaku-perilaku yang digunakan komunikator dalam sebuah interaksi, seperti keluar dari jarak pembicaraan yang membuat tidak nyaman, menyesuaikan pandangan selama interaksi berlangsung, dan lain-lain.

Asumsi Teori Pelanggaran Harapan
Teori Pelanggaran Harapan berakar pada bagaimana pesan-pesan ditampilkan pada orang lain dan jenis-jenis perilaku yang dipilih orang lain dalam sebuah percakapan.
Terdapat tiga asumsi yang menuntun teori ini, yaitu:
•Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia.
•Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.
•Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.

Jenis Faktor Harapan :
•Faktor-faktor individual komunikator: gender, kepribadian, usia, penampilan, reputasi.
•Faktor-faktor relasional: sejarah hubungan yang melatarbelakangi, perbedaan status, tingkat ketertarikan, dan rasa suka.
•Faktor konteks: formalitas/informalitas, fungsi tugas/sosial, batasan lingkungan, norma-norma budaya.

Contoh Kasus Teori Pelanggaran Harapan
Dua orang yang baru saling mengenal, Bagas dan Lucy, sedang berada di dalam sebuah cafe. Lucy datang lebih awal daripada Bagas. Setelah 30 menit menunggu akhirnya Bagas datang. Lucy merasa kesal karena telah menunggu lama.
Ketika sampai di cafe tersebut, Bagas memegang perutnya di depan Lucy. Awalnya Lucy menganggap biasa saja. Namun, lama kelamaan karena Bagas terus melakukannya, Lucy merasa tidak nyaman akan perilaku Bagas. Lucy terlihat tegang dan salah tingkah.
Menyadari akan ketegangan dan ketidaknyamanan Lucy akan dirinya, Bagas pun membuka pertanyaan dengan berkata, "kamu mau pesan apa?" "kentang goreng saja," jawab Lucy gugup. Lucy terus saya memperhatikan Bagas yang memegangi perutnya. Pada akhirnya Bagas mengatakan bahwa dirinya mengalami sakit perut dan hal itulah yang menyebabkan dirinya datang terlambat. Bagas merasa segan untuk permisi ke toilet karena baru mengenal Lucy. Saat itulah Lucy mengerti dan mulai merasa nyaman serta mempersilahkan Bagas untuk ke toilet.

Analisa Kasus
Dari kasus Bagas dan Lucy di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Lucy mengalami ketidaknyamanan terhadap perilaku nonverbal yang dilakukan Bagas. Perilaku Nonverbal Bagas tersebut adalah memegangi perut dari awal datang hingga obrolan diantara mereka berlangsung. Namun, ketika Bagas menjelaskan bahwa dirinya mengalami sakit perut, saat itulah Lucy mulai mengerti dan merasa nyaman. Hingga akhirnya Lucy mempersilahkan Bagas untuk ke toilet.
Back To Top